Apa itu bos?
Ooo, PRN itu singkatan dari Perkumpulan Remaja dan Naposobulung, maka PRN HKBP Pansuran Nauli berarti sebuah wadah tempat berkumpulnya remaja putra dan putri jemaat-jemat dari Gereja HKBP Pansuran Nauli. Gereja ini terletak di kota Pematang Siantar (kampung halamanku woii) yang jarak dari rumahku (rumah orang tuaku kok..) kegereja tersebut sekitar 500 m. Setiap remaja yang orang tuanya terdaftar menjadi jemaat di gereja tersebut boleh ikut masuk kedalam perkumpulan tadi. Tidak ada syarat yang spesifik (bukan melamar kerja kan? he..he..he), yang penting masih remaja (belum menikah) dan punya keinginan untuk berkumpul dalam memuliakan Tuhan.
Hmm, kok mau cerita tentang perkumpulan ini sekarang?
Yang menjadi latar belakang aku pingin cerita tentang perkumpulan ini adalah karena sebentar lagi natal akan tiba.
Lho, apa hubungannya?
Jangan protes dulu... Mendengar natal akan tiba, langsung membawaku kembali ke memori disaat bergabung dengan PRN Pansuran Nauli itu. Banyak dari natal-natal dengan kesan mendalam kujalani di perkumpulan ini. Disaat aku mulai duduk di kelas 1 SMU di saat itu jugalah aku mulai masuk perkumpulan ini. Berikutnya, aku hampir mengikuti setiap perayaan natal yang dibuat oleh perkumpulan remaja ini. Sebab itulah aku tergelitik menulis tentang PRN HKBP Pansuran Nauli tersebut.
Ooo, mau nulis apa rupanya?
Aku mau menulis tentang apa-apa saja yang menjadikan natal bersama PRN Pansuran Nauli itu selalu terkenang dalam ingatan.
Simak ya...
Sulitnya mencari pemimpin
Saat memulai natal biasanya kita akan memilih ketua panitia natal terlebih dahulu. Proses pemilihan ini biasanya nggak gampang. Hampir tidak pernah kutemukan ada kandidat yang benar-benar mengajukan diri secara sukarela. Yang sering terjadi kandidat itu dipilih oleh anggota yang lain. Walaupun sudah diajukan oleh anggota yang lain tidak lantas membuat kandidat tadi langsung mau untuk dipilih. Ada saja satu atau dua orang yang melakukan penolakan. Mencari seorang pemimpin nampaknya masalah yang selalu berulang. Agak mengkhawatirkan memang ketika nanti kita tidak lagi menemukan orang-orang yang mau menerima tanggung jawab lebih besar. Perasaan malu, tidak mampu, nggak pantas, terlalu sibuk biasanya dijadikan alasan penolakan. Kaderisasi dari pemimpin lama perlu ditingkatkan kalau kita memang ingin hal tadi tidak terus berlanjut.
Berbeda dengan pemilihan ketua panitia, untuk pemilihan seksi kerja tidak terlalu banyak penolakan. Biasanya yang ditunjuk akan setuju saja.
Butuh waktu untuk menemukan konsep
Pekerjaan pertama panitia natal adalah menemukan bentuk perayaan natal seperti apa yang akan dilakukan. Ini biasanya tidak sebentar. Akan ada perdebatan-perdebatan yang mengiringi penemuan bentuk perayaan natal tadi. Ada kalanya yang terjadi konsep natal yag telah disusun oleh panitia tidak diterima oleh pengurus gereja yang membidangi kepemudaan. Pengurus gereja agak kurang "sreg" jika mengetahui konsep yang ditawarkan remaja/naposo cenderung eksploratif/tidak biasa/terlalu baru. Gereja HKBP termasuk gereja yang "orthodoks", dan pengurusnya (yang tua-tua) biasanya akan sulit menerima konsep-konsep baru.
Namun kejadian penolakan konsep baru dari naposo/remaja ini tidak terjadi lagi di masa sekarang. Naposo/Remaja di masa sekarang lebih memiliki kebebasan untuk menentukan bentuk/konsep perayaan natal apa yang akan dibawa. Perayaan natal mulai mengalami perubahan warna. Tidak lagi sekedar liturgi tradisional (berdiri dan membaca ayat alkitab), tapi sudah lebih variatif (liturgi dalam bentuk puisi, lagu, tari atau visualisasi drama).
Proses penemuan konsep inilah yang menjadikan setiap momen menjadi bermakna. Pertentangan pendapat membuat suasana menjadi lebih hidup (suasana tenang dan aman-aman saja biasanya gampang terlupa). Orang-orang dipancing untuk mengeluarkan ide-ide kreatifnya. Jadi kangen dengan suasana perdebatan tadi...
Perjuangan dalam mencari dana
Sebuah perayaan pasti memerlukan dana dan begitu juga dengan perayaan natal. Setiap seksi pasti akan diminta taksasi dana yang mereka butuhkan. Setelah direkapitulasi barulah ketahuan berapa total dana yang akan dibutuhkan. Biasanya proporsi penggunaan dana terbesar di pegang oleh seksi komsumsi.
Nah, setelah total dana diketahui barulah kemudian dicari cara menggali sumber-sumber dana. Mulailah setiap orang berpikir bagaimana, dimana, atau apa yang saja bisa dilakukan untuk mendapatkan dana. Metode yang digunakan dalam mencari dana biasanya tidak terlalu berbeda dari tahun ketahun. Misalnya, mencari dana dengan cara menjual kalender edisi tahun berikutnya. Ada juga yang menjual pernak pernik natal, atau mengumpulkan sumbangan sukarela dari badan usaha ataupun perorangan.
Beberapa orang akan diutus untuk menjalankan aksi pengumpulan dana natal tersebut. Perlu keahlian berkomunikasi agar dana yang diharapkan berhasil didapatkan. Orang yang dimintai dana biasanya akan meminta penjelasan terlebih dahulu. Misalnya, kenapa harga kalendernya mahal sekali? (biasanya harga kalender dinaikkan 2 kali lipat atau lebih, biar cepat untung hehehe). Disinilah nanti petugas-petugas pencari dana melatih kemampuan untuk menjual (sekalian modal awal untuk karir dibidang marketing hehehe). Penolakan seringkali juga diterima oleh petugas pengumpul dana. Rasa capek, malas dan putus asa menjadi tantangan bagi mereka. Itu semua baru akan terlupa setelah semua dana berhasil terkumpul. Rasa puas dan bangga menjadikan momen-momen dalam mengumpulkan dana ini menjadi sebuah kenangan khusus.
MARTINA-(berpacaran di masa-masa natal)
Marhallet tikki Natal (coba cek ejaannya ya...hehehe) atau disingkat Martina adalah sebutan khusus untuk kejadian adanya orang-orang yang berpacaran dimasa natal. Pertemuan dan komunikasi yang reguler dapat dipastikan menjadi penyebab munculnya kejadian ini. Peserta natal yang semuanya masih remaja pasti punya rasa penasaran terhadap lawan jenisnya. Dapat kita terka kalau berikutnya akan muncul pasangan muda-mudi yang berpacaran. Suasana semakin unik ketika muncul rasa kikuk diantara yang berpacaran. Rasa cemburu salah satu pasangan juga akan membuatnya tambah "rame". Kejadian berpacaran seperti ini lumrah terjadi. Tapi ini sering juga menjadi ketakutan bagi orang tua untuk mengijinkan anak perempuannya mengikut kegiatan natal ini. Mereka khawatir dengan keselamatan putrinya (hehehe....takut jatuh ketangan kucing garong), walaupun kejadian yang ada tidaklah seperti yang mereka pikirkan. Situasi berpacaran saat natal inilah yang membuat masa-masa natal menjadi indah dan tak terlupakan.
Oooo, pantas saja ya bos...
Natal memang menjadi momen tak terlupakan.
Natal memang menjadi momen tak terlupakan.
Betul, perayaan natal penuh dengan momen-momen indah tak terlupakan. Proses dalam mempersiapkan perayaan natal tidaklah mudah, tapi inilah yang membuat semuanya menjadi tersimpan dalam memori (autosave... hehehe). Kebetulan di PRN HKBP Pansuran Nauli ini aku merasakan banyak perayaan natal di masa remaja. Inilah yang membuat perkumpulan ini menjadi istimewa juga untukku. Semoga perkumpulan ini semakin berkembang dan orang-orang yang ada didalamnya tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.
God Bless...