Sabtu, 31 Maret 2012

Self Efficacy, believe in yourself


Seorang dosen Psikologi USU dan juga trainer dipelatihan Personal Growth yang kuikuti beberapa waktu yang lewat menyampaikan bahwa potensi mahasiswa lokal (Indonesia) yang dia ajar sebenarnya lebih bagus dari mahasiswa Malaysia (yang dia ajar juga). Tetapi realitas yang ada mahasiswa Malaysia selalu lebih unggul dalam perkuliahan. Nah, lantas apa yang menjadikannya seperti itu?
Self Efficacy...
Ya, Self Efficacy adalah jawabannya.
Secara ringkas Self Efficacy adalah kepercayaan seseorang untuk berhasil dalam situasi tertentu.
Dari penilaian trainer yang juga dosen tadi, ternyata mahasiswa Malaysia yang dia ajar memiliki Self Efficacy yang lebih baik. Barangkali lingkungan di Malaysia sana memberikan ruang bagi setiap orang untuk menampilkan diri. Hal yang berbeda terjadi di Indonesia, dimana budaya malu, segan, takut untuk tampil masih dominan terjadi. Banyak dari kita masih belum bisa menerima ketika orang-orang yang lebih muda dari kita tampil lebih maju dari kita. Ini membuat yang muda tidak memiliki ruang yang cukup untuk mengembangkan rasa percaya diri mereka.
Inti utama dari Self Efficacy adalah rasa percaya diri. Pikiran dan perasaan adalah hal yang tak terpisahkan. Kepercayaan akan menentukan bagaimana seseorang berpikir, berperilaku dan merasakan. Percaya nggak jika pikiran/perasaan kita ternyata punya kekuatan? Coba ingat-ingat pengalaman saat-saat dimana kita dikejar deadline untuk membuat laporan, disaat itu juga kejadian tak diinginkan terjadi, seperti: printer rusak, komputer "hang", listrik mati, mesin fotocopy rusak, file kena virus, kolega kita bekerja terlalu lambat atau situasi lain yang tidak mendukung. Pasti pernah kan?
Perasaan takut/khawatir laporan tidak akan selesai tepat waktu membuat lingkungan tidak bekerjasama dengan kita. Inilah bukti kekuatan pikiran/perasaan. Cobalah untuk merespon situasi dengan perasaan/pikiran yang positif, lingkungan kita akan bekerja sama dengan kita dan tentu saja kita akan berhasil keluar dari situasi sulit tadi.   Pikiran/perasaan itu seperti energi. Dia merupakan motor penggerak kehidupan kita. Jadi kalau kita berpikir positif maka energi kita juga menjadi positif, dan hasilnya juga akan positif. Orang yang memiliki Self Efficacy yang tinggi (High Self Efficacy) akan memiliki sikap yang positif. Sikap yang positif akan memberikan semangat hidup. Semangat akan membuat seseorang menjadi antusias dan orang tersebut akan menikmati pekerjaannya, apapun itu jenisnya pekerjaannya. Orang yang memiliki High Self Efficacy akan melihat masalah sebagai suatu tantangan, komitmen tinggi terhadap pekerjaan dan cepat pulih jika mengalami kekecewaan. Sebaliknya, orang dengan Low Self Efficacy akan menghindar dari masalah yang sifatnya menantang, fokus pada masalah dan cepat sekali kehilangan rasa percaya diri.
Untuk mendapatkan High Self Efficacy kita perlu merubah pikiran kita. Kekuatan terbesar dalam diri manusia itu terdapat pada pikiran. Tetapi kita jarang membuktikan kekuatan pikiran tersebut, sebab kita sering terjebak dalam zona nyaman atau kebiasaan tertentu. Sehingga kita tidak dapat mencari kemungkinan yang lebih baik atau perubahan nasib yang berarti. Coba visualisasikan apa yang anda inginkan terwujud. Milikilah target yang lebih tinggi untuk merangsang kekuatan dalam pikiran tersebut. Target yang dipikirkan itu akan menggerakkan kita untuk melaksanakan tindakan. You are what you think you are (Anda adalah apa yang Anda pikirkan secara konsisten tentang Anda)
Agar kita tetap berpikiran positif maka kita mestinya bergaul dengan orang yang selalu berpikir positif juga. Energi positif/negatif bisa menular. Orang dengan pikiran positif akan menularkan hal-hal positif ke orang-orang disekitar lingkungannya. Belajar dari pengalaman orang lain juga akan meningkatkan Self Efficacy. Terutama bila kita merasa bahwa kemampuan kita nggak kalah bagus dari orang yang sudah berhasil melewati situasi sulit tersebut. Melihat orang lain yang mirip dengan kita tapi mampu berhasil atau sukses dapat meningkatkan kepercayaan bahwa kitapun akan berhasil juga.
Kemampuan seseorang terkait dengan memberikan semangat terhadap diri sendiri sangat mempengaruhi Self Efficacy seseorang. Sering membaca kata-kata positif atau mendengar kata-kata positif akan memberikan semangat, demikian juga sebaliknya. Nonton TV show Mario Teguh adalah salah satu kegiatan yang bagus untuk dilakukan (Bukan promosi ya...). Baca kutipan-kutipan yang inspirasional. Pikirkan yang baik, yang enak dipandang, yang sedap didengar. Carilah alasan untuk tersenyum lebih sering (tapi jangan terlalu sering ya..hehehe). Dan aturlah waktu untuk ikut dalam kegiatan rekreasi yang menyenangkan. Menjaga pikiran/perasaan tetap dalam kondisi positif akan membuat kita melangkah dengan positif juga.
Kita akan sangat beruntung bila kita memiliki keyakinan diri yang kuat karena kita akan memiliki keberanian, kekuatan, harapan, motivasi diri dan kita akan hidup antusias dalam mencapai tujuan.
"Nothing is Ever Impossible"

Sekian...
Semoga membantu..
:)

Sabtu, 24 Maret 2012

Soft Skill Training, upaya pengembangan diri


Sebuah penelitian dari Universitas Harvard menyatakan bahwa dari orang-orang yang mereka teliti ternyata 85% sukses karena "sikapnya" dan hanya 15% yang sukses karena "pintarnya". Itulah yang pertama kali disampaikan oleh Trainer dari Fakultas Psikologi USU pada saat saya mengikuti program pelatihan Personal Growth. Training ini berlangsung selama 2 hari yang disponsori oleh perusahaan tempatku bekerja. Satu kebetulan kalau salah seorang trainernya adalah seorang teman lama (Apa kabar Kak Jul? Senang bisa ketemu lagi dan terima kasih banyak untuk pelatihannya). Teman yang juga seorang Dosen di Fakultas Psikologi USU. Dunia ini rasanya sempit sekali ya!!! Nggak pernah nyangka kalau bisa bertemu di sebuah kesempatan dimana saya sebagai seorang trainee dan teman tersebut sebagai seorang trainer.
Tujuan pelatihan ini dibuat agar kami peserta pelatihan dapat menggali potensi terpendam kami dan mengembangkan Soft Skill yang kami miliki sehingga nantinya setelah pelatihan ini kami dapat memberikan kontribusi maksimal bagi perusahaan (Teorinya sih begitu... Hehehe).
Ketrampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain dan ketrampilan dalam mengatur dirinya sendiri sehingga mampu mengembangkan kemampuan kerja orang tersebut bisa diartikan sebagai Soft Skill. Contoh dari Soft skill ini antara lain: kejujuran, tanggung jawab, kemampuan bekerja sama, kemampuan beradaptasi, kemampuan berkomunikasi, toleran, kemampuan mengambil keputusan, dan lain sebagainya. Kita ambil contoh seorang Pemain Sepak Bola. Hard skil yang dimilikinya bisa seperti: berlari, menendang bola atau berebut bola. Sedangkan Soft skill yang dituntut adalah: kemampuan bekerjasama, mengambil inisiatif, mengambil keputusan dan kegigihan/pantang menyerah. Hard Skill memang penting untuk keberhasilan tetapi tidak cukup hanya itu saja. Hard skill lebih mudah dikembangkan dan diukur. Sedangkan Soft skill adalah karakter dasar yang penting untuk keberhasilan tetapi lebih sulit dikembangkan. Idealnya memang harus ada keseimbangan antar Hard skill dan Soft skill.
Langkah pertama yang kita lakukan adalah dengan mulai mengenal diri kita sendiri. Kita harus mengetahui dimana titik kelemahan yang kita miliki. Setiap orang punya kepribadian yang unik, yang bisa saja menjadi kekuatan (strength) dan bukan sebuah kelemahan (weakness). Kita harus bijaksana menilai mana yang yang menjadi kekuatan dan kelemahan diri kita. Malas, pemarah, suka berbohong, tidak jujur adalah beberapa contoh identifikasi area negatif yang harus diperbaiki. Seseorang bisa saja memiliki lebih dari satu kelemahan. Urutkan prioritasnya menurut kepentingannya, kemudian pilih beberapa kemungkinan untuk memperbaikinya dan yang paling penting adalah eksekusi pilihan yang sudah kita buat.
Elemen yang paling penting adalah Readiness to change atau kesiapan untuk berubah. Rata-rata perusahaan yang sudah mapan mengalami situasi sulit ketika mencoba melakukan perubahan kedalam jiwa karyawannya. Kebanyakan karyawan sudah terbiasa dengan paradigma lama, enggan untuk keluar dari Comfort Zone yang sudah ada. Keluar dari Comfort Zone dianggap terlalu beresiko. Disinilah kita dituntut membuat pilihan. Jangan takut dengan perubahan. Berpikir positif dalam menanggapinya. Mau berubah atau tidak memang adalah pilihan kita. Setiap pilihan mengandung konsekuensi.
Semua orang tentu punya harapan-harapan. Dalam setiap lingkungan, seseorang juga selalu menyandang sebuah peran. Peran ada yang terberi dan ada yang dicapai. Menjadi seorang anak, seorang adik/kakak, adalah contoh dari peran yang terberi. Seorang polisi, seorang pejabat adalah contoh dari peran yang dicapai. Untuk setiap peran, ada harapan-harapan tertentu. Yang lebih muda diharapkan memiliki toleransi yang lebih besar. Orang yang berusia lanjut diharapkan mampu memberi kesan bijaksana. Namun kecenderungan yang terjadi adalah orang yang lebih tinggi lebih mudah melihat sisi negatif yang ada dibawahnya dan orang bawahan cenderung over critic bila melihat atasannya. Untuk itu kita harus mampu menyesuaikan diri. Bila tidak, akan terjadi gesekan dari peran-peran yang kita jalankan.
Ada beberapa reaksi seseorang ketika memenuhi tuntutan peran terutama peran dalam pekerjaan, antara lain:
  1. Reaktif
Orang tersebut menjalankan tugas hanya memenuhi kewajiban saja (sesuai perintah), karena terpaksa.
  1. Acuh tak acuh
Orang tersebut sama sekali tidak perduli dengan kewajiban dari perannya, cenderung seenaknya.
  1. Proaktif
Ini adalah reaksi yang diharapkan ketika seseorang menjalankan perannya ditempat kerja. Orang tersebut akan antusias, berupaya mencari tahu dan menjalankan perannya sebaik mungkin, selalu berusaha mengembangkan pengetahuan dan kinerja untuk menyesuaikan dengan perkembangan jaman.

Perusahaan pastinya mengharapkan agar karyawannya mengambil reaksi proaktif terhadap perannya. Kunci utamanya adalah diri kita sendiri. Situasi tidak akan pernah kembali ke masa lalu, manfaatkan waktu untuk mempelajari ketrampilan dan terbukalah untuk hal-hal baru.
Like umbrella, minds only function when open...
Cukup sekian dulu ulasannya kali ini. Tapi ini masih belum selesai lho. Tulisan berikutnya masih akan seputar Personal Growth. Tungguin ya..... 
:)

Rabu, 30 November 2011

PRN HKBP PANSURAN NAULI PEMATANG SIANTAR

Apa itu bos?
Ooo, PRN itu singkatan dari Perkumpulan Remaja dan Naposobulung, maka PRN HKBP Pansuran Nauli berarti sebuah wadah tempat berkumpulnya remaja putra dan putri jemaat-jemat dari Gereja HKBP Pansuran Nauli. Gereja ini terletak di kota Pematang Siantar (kampung halamanku woii) yang jarak dari rumahku (rumah orang tuaku kok..) kegereja tersebut sekitar 500 m. Setiap remaja yang orang tuanya terdaftar menjadi jemaat di gereja tersebut boleh ikut masuk kedalam perkumpulan tadi. Tidak ada syarat yang spesifik (bukan melamar kerja kan? he..he..he), yang penting masih remaja (belum menikah) dan punya keinginan untuk berkumpul dalam memuliakan Tuhan.

Hmm, kok mau cerita tentang perkumpulan ini sekarang?
Yang menjadi latar belakang aku pingin cerita tentang perkumpulan ini adalah karena sebentar lagi natal akan tiba.

Lho, apa hubungannya?
Jangan protes dulu... Mendengar natal akan tiba, langsung membawaku kembali ke memori disaat bergabung dengan PRN Pansuran Nauli itu. Banyak dari natal-natal dengan kesan mendalam kujalani di perkumpulan ini. Disaat  aku mulai duduk di kelas 1 SMU di saat itu jugalah aku mulai masuk perkumpulan ini. Berikutnya, aku hampir mengikuti setiap perayaan natal yang dibuat oleh perkumpulan remaja ini. Sebab itulah aku tergelitik menulis tentang PRN HKBP Pansuran Nauli tersebut.

Ooo, mau nulis apa rupanya?
Aku mau menulis tentang apa-apa saja yang menjadikan natal bersama PRN Pansuran Nauli itu selalu terkenang dalam ingatan.
Simak ya...

Sulitnya mencari pemimpin
Saat memulai natal biasanya kita akan memilih ketua panitia natal terlebih dahulu. Proses pemilihan ini biasanya nggak gampang. Hampir tidak pernah kutemukan ada kandidat yang benar-benar mengajukan diri secara sukarela. Yang sering terjadi kandidat itu dipilih oleh anggota yang lain. Walaupun sudah diajukan oleh anggota yang lain tidak lantas membuat kandidat tadi langsung mau untuk dipilih. Ada saja satu atau dua orang yang melakukan penolakan. Mencari seorang pemimpin nampaknya masalah yang selalu berulang. Agak mengkhawatirkan memang ketika nanti kita tidak lagi menemukan orang-orang yang mau menerima tanggung jawab lebih besar. Perasaan malu, tidak mampu, nggak pantas, terlalu sibuk biasanya dijadikan alasan penolakan. Kaderisasi dari pemimpin lama perlu ditingkatkan kalau kita memang ingin hal tadi tidak terus berlanjut.
Berbeda dengan pemilihan ketua panitia, untuk pemilihan seksi kerja tidak terlalu banyak penolakan. Biasanya yang ditunjuk akan setuju saja.

Butuh waktu untuk menemukan konsep
Pekerjaan pertama panitia natal adalah menemukan bentuk perayaan natal seperti apa yang akan dilakukan. Ini biasanya tidak sebentar. Akan ada perdebatan-perdebatan yang mengiringi penemuan bentuk perayaan natal tadi. Ada kalanya yang terjadi konsep natal yag telah disusun oleh panitia tidak diterima oleh pengurus gereja yang membidangi kepemudaan. Pengurus gereja agak kurang "sreg" jika mengetahui konsep yang ditawarkan remaja/naposo cenderung eksploratif/tidak biasa/terlalu baru. Gereja HKBP termasuk gereja yang "orthodoks", dan pengurusnya (yang tua-tua) biasanya akan sulit menerima konsep-konsep baru.
Namun kejadian penolakan konsep baru dari naposo/remaja ini tidak terjadi lagi di masa sekarang. Naposo/Remaja di masa sekarang lebih memiliki kebebasan untuk menentukan bentuk/konsep perayaan natal apa yang akan dibawa. Perayaan natal mulai mengalami perubahan warna. Tidak lagi sekedar liturgi tradisional (berdiri dan membaca ayat alkitab), tapi sudah lebih variatif (liturgi dalam bentuk puisi, lagu, tari atau visualisasi drama).
Proses penemuan konsep inilah yang menjadikan setiap momen menjadi bermakna. Pertentangan pendapat membuat suasana menjadi lebih hidup (suasana tenang dan aman-aman saja biasanya gampang terlupa). Orang-orang dipancing untuk mengeluarkan ide-ide kreatifnya. Jadi kangen dengan suasana perdebatan tadi...

Perjuangan dalam mencari dana
Sebuah perayaan pasti memerlukan dana dan begitu juga dengan perayaan natal. Setiap seksi pasti akan diminta taksasi dana yang mereka butuhkan. Setelah direkapitulasi barulah ketahuan berapa total dana yang akan dibutuhkan. Biasanya proporsi penggunaan dana terbesar di pegang oleh seksi komsumsi.
Nah, setelah total dana diketahui barulah kemudian dicari cara menggali sumber-sumber dana. Mulailah setiap orang berpikir bagaimana, dimana, atau apa yang saja bisa dilakukan untuk mendapatkan dana. Metode yang digunakan dalam mencari dana biasanya tidak terlalu berbeda dari tahun ketahun. Misalnya, mencari dana dengan cara menjual kalender edisi tahun berikutnya. Ada juga yang menjual pernak pernik natal, atau mengumpulkan sumbangan sukarela dari badan usaha ataupun perorangan.
Beberapa orang akan diutus untuk menjalankan aksi pengumpulan dana natal tersebut. Perlu keahlian berkomunikasi agar dana yang diharapkan berhasil didapatkan. Orang yang dimintai dana biasanya akan meminta penjelasan terlebih dahulu. Misalnya, kenapa harga kalendernya mahal sekali? (biasanya harga kalender dinaikkan 2 kali lipat atau lebih, biar cepat untung hehehe). Disinilah nanti petugas-petugas pencari dana melatih kemampuan untuk menjual (sekalian modal awal untuk karir dibidang marketing hehehe). Penolakan seringkali juga diterima oleh petugas pengumpul dana. Rasa capek, malas dan putus asa menjadi tantangan bagi mereka. Itu semua baru akan terlupa setelah semua dana berhasil terkumpul. Rasa puas dan bangga menjadikan momen-momen dalam mengumpulkan dana ini menjadi sebuah kenangan khusus.

MARTINA-(berpacaran di masa-masa natal)
Marhallet tikki Natal (coba cek ejaannya ya...hehehe) atau disingkat Martina adalah sebutan khusus untuk kejadian adanya orang-orang yang berpacaran dimasa natal. Pertemuan dan komunikasi yang reguler dapat dipastikan menjadi penyebab munculnya kejadian ini. Peserta natal yang semuanya masih remaja pasti punya rasa penasaran terhadap lawan jenisnya. Dapat kita terka kalau berikutnya akan muncul pasangan muda-mudi yang berpacaran. Suasana semakin unik ketika muncul rasa kikuk diantara yang berpacaran. Rasa cemburu salah satu pasangan juga akan membuatnya tambah "rame". Kejadian berpacaran seperti ini lumrah terjadi. Tapi ini sering juga menjadi ketakutan bagi orang tua untuk mengijinkan anak perempuannya mengikut kegiatan natal ini. Mereka khawatir dengan keselamatan putrinya (hehehe....takut jatuh ketangan kucing garong), walaupun kejadian yang ada tidaklah seperti yang mereka pikirkan. Situasi berpacaran saat natal inilah yang membuat masa-masa natal menjadi indah dan tak terlupakan.

Oooo, pantas saja ya bos... 
Natal memang menjadi momen tak terlupakan.
Betul, perayaan natal penuh dengan momen-momen indah tak terlupakan. Proses dalam mempersiapkan perayaan natal tidaklah mudah, tapi inilah yang membuat semuanya menjadi tersimpan dalam memori (autosave... hehehe). Kebetulan di PRN HKBP Pansuran Nauli ini aku merasakan banyak perayaan natal di masa remaja. Inilah yang membuat perkumpulan ini menjadi istimewa juga untukku. Semoga perkumpulan ini semakin berkembang dan orang-orang yang ada didalamnya tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.
God Bless...