Rabu, 12 Januari 2011

Proses Pengolahan Crumb Rubber, Bagian ke-2

Setelah postingan kedua, saya ingin melanjutkan lagi tulisan tentang Proses Pengolahan Karet Crumb Rubber. Tulisan kali memang agak lambat terbitnya karena dalam belakangan ini banyak kegiatan-kegiatan yang menyita waktu sehingga kesempatan untuk menulis menjadi sangat sedikit dan untuk itu saya meminta maaf. Idealnya memang seminggu sekali harusnya sudah ada tulisan baru yang saya buat sehingga blog ini mendapat kesan selalu uptodate (pinginnya sih gitu. he.he.he)
Kali ini kita akan membahas tentang penerimaan bahan baku Crumb Rubber di Pabrik. Seluruh tulisan ini bersumber dari pengalaman pribadi ditambah dengan literatur-literatur (dari internet ataupun buku-buku). Disertakan juga photo-photo yang semoga dapat memberi gambaran lebih jelas tentang isi tulisan ini. Photo-photo diambil dengan kamera HandPhoneku yang sederhana (Cuman 2 MP), yang artinya kualitas gambar yang dihasilkan mungkin kurang memuaskan (mohon maklum ya). Pengambilan photo pun dilakukan secara nekat-nekatan tanpa adanya permohonan ijin (apalagi persetujuan) dari perusahaan. Saya merasa informasi ini harus dibagikan secara total yang saya mampu (tidak setengah hati) agar anda lebih mudah memahaminya. Mudah-mudahan tidak ada masalah dikemudian hari karena penggunaan photo-photo ini (Doakan ya!!!)
Bahan baku yang digunakan dalam proses pengolahan karet Crumb Rubber adalah bahan baku karet dalam bentuk padatan. Proses pengolahan karet Crumb Rubber sendiri adalah proses pengolahan bahan baku karet (dalam bentuk padatan) dengan cara peremahan, pemblendingan, dan pengeringan yang bertujuan untuk mendapatkan karet kering dalam bentuk kemasan tertentu sesuai permintaan konsumen.  
Lateks berbentuk cair di 3 jam pertama, setelah itu lateks akan membeku secara alami dan berubah bentuk menjadi padatan. Diperusahaan tempatku bekerja, lateks (dalam bentuk cair) diolah di 2 jenis pabrik pengolahan yaitu Pabrik Pengolahan Sheet (Getah Asap) dan Pabrik Pengolahan Lateks Pusingan. Sementara untuk lateks yang sudah menggumpal (sering disebut juga Kompo) diolah di Pabrik Pengolahan Crumb Rubber.
Untuk mempercepat pembekuan lateks maka dilakukan penambahan koagulan (biasanya Formic Acid) kedalam lateks.
Detailnya, 2 jenis bahan baku yang diterima di Pabrik Pengolahan Karet Crumb Rubber adalah:
  1. Cup Lump (Lump Mangkok)
Cup Lump atau populer juga dengan sebutan "Lump Mangkok" adalah bekuan lateks yang menggumpal secara alami didalam mangkok pengumpul lateks. Lateks akan membeku secara alami dalam waktu kurang lebih 3 jam.

Gbr. Cup Lump

Cup lump ini memiliki Kadar Karet Kering (KKK) sebesar 60% - 90% tergantung dari kekeringannya. Semakin kering maka Kadar Karet Kering juga akan semakin tinggi. Kadar Karet Kering ini menggambarkan kandungan partikel karet yang terdapat dalam Cup Lump. Secara visual Cup Lump berwarna putih dan akan menjadi kuning kecoklatan seiring bertambahnya umur penyimpanan.
  1. Slab
Slab adalah bekuan lateks yang digumpalkan dengan sengaja dengan cara menambah zat koagulan/penggumpal. Koagulan yang biasa digunakan (dan disarankan) adalah asam semut (Formic Acid). Namun masih banyak pemasok yang menggunakan bahan lain sebagai koagulan seperti: air kotor, air baterai, pupuk, dan lain-lain yang dapat menurunkan parameter mutu yang dipersyaratkan. Pemasok mencoba semua cara (halal/maupun tidak halal) untuk mengurangi biaya produksi dan tidak memikirkan akibat selanjutnya yang akan dialami pabrik yang dipasok.

Gbr. Slab

 Slab ini biasanya berbentuk bantalan dengan ukuran 40 x 30 x 10 cm. Kadar Karet Kering yang terdapat dalam slab bervariasi antara 30% - 60%. Nilai ini lebih rendah bila dibandingkan dengan Kadar Karet Kering Cup Lump (60% - 90%). Slab ini dibuat dengan cara mengumpulkan lateks cair kedalam wadah-wadah cetakan (untuk membentuk bantalan) dan diberi koagulan/penggumpal (biasanya formic acid) yang mempercepat proses penggumpalan. 
Slab memiliki karakter mutu yang kurang baik bila dibandingkan dengan Cup Lump. Untuk itu dalam proses pengolahan nantinya perlu dibuat perbandingan campuran antara Slab dan Cup Lump. Perbandingan 1 Slab dan 3 Cup Lump memberikan hasil yang baik bagi produk. Semakin banyak komposisi Cup Lump maka semakin baik juga karakter mutu yang akan dihasilkan.
Sebelum memasuki pabrik bahan baku (Slab dan Cup Lump) ini ditimbang terlebih dahulu. Tujuan penimbangan ini tentunya untuk mengetahui berat basah bahan baku yang masuk kedalam pabrik. Laboratorium kemudian akan memeriksa Kadar Karet Kering bahan baku karet tersebut untuk dapat mengetahui berat kering yang diterima oleh pabrik.
Pabrik ditempat saya bekerja menggunakan timbangan digital dengan kapasitas maks 30 Ton. Apabila sistem digital mengalami kerusakan dapat diganti dengan sistem manual. Setiap 1 tahun sekali timbangan ini akan dikalibrasi oleh Badan Meterologi untuk memastikan keakuratannya.

Gbr. Proses Penimbangan di Stasiun Timbangan Bahan Baku
Truk yang masuk dicatat dulu nomor polisinya kemudian  ditimbang dan beratnya menjadi berat bruto. Truk kemudian masuk kedalam loading ramp dan melakukan unloading muatannya. Setelah unloading, truk pengangkut ditimbang lagi dan beratnya menjadi berat netto. Berat muatan didalam truk adalah Berat Bruto dikurangi dengan Berat Netto dan disebut dengan Berat Tarra. Berat Tarra inilah yang menjadi berat bahan baku yang diterima oleh pabrik. Hasil penimbangan selanjutnya dicetak dan dan 1 kopiannya diberikan kepada si pengirim.

Gbr. Loading Ramp tempat Bahan Baku di unloading dari Truk Pengangkut
Penimbangan bahan baku dilakukan terpisah menurut jenis bahan baku yang diterima dan dibedakan menurut si pengirim bahan baku. Tidak dibenarkan Cup Lump dan Slab ditimbang bersamaan. Ini dibuat karena kedua jenis bahan baku ini memiliki karakter yang berbeda. Kadar Karet Kering kedua bahan baku ini juga berbeda. Akan lebih mudah nantinya memeriksa Kadar Karet Kering apabila bahan baku yang diterima sudah dipisahkan dari awal penerimaan. 
Proses unloading muatan dilakukan dengan memperhatikan kaidah First In First Out (FIFO) sehingga perlu mengatur letak dari muatan yang akan dionload agar kaidah FIFO tadi terlaksana. Bahan yang pertama datang adalah bahan yang pertama diolah dan selanjutnya bahan yang datang kemudian akan diolah kemudian. Peletakan bahan baku yang sembarangan akan memberi kesulitan dalam melaksanakan kaidah FIFO ini.
Gbr. Proses Unloading Bahan Baku dari Truk Pengangkut

Biasanya proses unloading bahan baku dari truk ke lantai loading ramp dilakukan oleh tenaga yang dibawa oleh pengangkutan itu sendiri atau tenaga pihak ke-3 dari sekitar lingkungan pabrik. Pihak ke-3 biasanya juga adalah warga setempat yang bergabung dalam suatu serikat/organisasi . Ini berlaku di pabrik tempat saya bekerja tetapi kondisi yang berbeda bisa saja terjadi di pabrik yang lain. Di tempat saya bekerja tidak ada karyawan sendiri yang ditugaskan untuk kegiatan unloading ini. 
Pada proses unloading juga harus diusahakan agar slab dan cup lumb benar benar diletakkan terpisah agar pada proses selanjutnya perbandingan 1 Slab dan 3 Cup Lump dapat dengan mudah dilaksanakan.

Ada komentar???

4 komentar:

  1. dari bahan baku yang masuk, berapa persen output yang jadi.
    misal bahan baku yang masuk 1 ton
    jadi karet siap jualnya berapa ya?
    trims

    BalasHapus
  2. apa perbedaan pengolahan hevea crumb dengan pengolahan dynat process??

    BalasHapus
  3. sungguh sangat membantu bagi saya yg akan memulai bisnis karet kecil2an, thanks

    BalasHapus
  4. bagaimana cara untuk menghambat pembekuan lateks..menjadi lama lg..

    BalasHapus