Minggu, 29 Mei 2011

Miss this moment (Tribute to Anwar, Ajo, Dinar, Kael)

Dari kiri ke kanan: Anwar, Mangasa, Dinar, Kael, Ajo

Photo diatas diambil di sebuah sungai (nama sungainya nggak ingat lagi) disekitar Kecamatan Sawo, Kabupaten Nias Utara. Photo tersebut saya copot dari halaman Facebook teman  saya, bro Anwar (ijin ya bro). Kami (yang ada didalam photo) dulunya sama-sama bekerja di sebuah organisasi yang bernama UN Habitat, yaitu sebuah organisasi bentukan United Nation (lebih dikenal Perserikatan Bangsa-Bangsa), dengan fokus program kerja membangun shelter atau rumah tinggal bagi korban bencana alam. Nah, waktu itu Pulau Nias termasuk salah satu dari beberapa daerah yang menjadi korban bencana alam gempa bumi (kalau nggak salah gempa buminya terjadi dibulan Maret 2006, tolong dikoreksi ya). Ada banyak warga yang kehilangan tempat tinggal akibat dirusak gempa. UN Habitat melihat permasalahan ini dan kemudian datang membawa bantuan untuk membangun pemukiman warga yang rusak.

Kami (yang ada didalam photo) adalah beberapa diantara orang-orang yang direkrut oleh UN Habitat untuk menjalankan programnya. Diorganisasi inilah kami pertama kali bertemu dan tidak ada yang menduga kalau kami akan menjadi sekelompok sahabat. Seingatku ada sekitar 30 orang yang bekerja dalam program ini. Adaptasi disaat bergabung dengan rekan-rekan kerja yang lain bisa dibilang kurang mulus. Ada beberapa gesekan-gesekan yang membuat suasana diawal bekerja kurang nyaman. Saya sempat berpikir bahwa ini akan menjadi awal dari sebuah neraka (berlebihan kali ya…he..he.he). Tapi ternyata dugaan saya nantinya salah. Saya malah menemukan sahabat-sahabat yang luar biasa di "neraka" ini (he..he…he). Mereka adalah Anwar, Ajo, Dinar dan Kael (Apa kabar semuanya? Semoga kalian membaca tulisanku ini). Dan masih ada juga nama-nama lain (yang juga sahabat saya), tapi saya hanya akan menceritakan orang-orang yang ada didalam photo untuk tulisan kali ini.

Saya akan bercerita dimulai dari awal saya masuk ke organisasi UN Habitat ini. Sebuah lingkungan kerja yang mulanya saya rasakan uncomfortable. Kelengkapan-kelengkapan akomodasi yang saya dapatkan pada saat mulai bekerja jauh dari harapan.  Tidak semua orang beruntung mendapatkan tempat tidur yang nyaman karena kelengkapan mobiler masih baru mau dilengkapi. Ada yang terpaksa tidur dikursi, dimeja atau dilantai dengan tikar seadanya. Saya sendiri malah tidur didalam mobil selama 2 minggu pertama bekerja. Kondisi serba kekurangan inilah yang membuat suasana menjadi kurang nyaman. Hukum rimba menjadi seolah-olah berlaku dan saya menjadi sangat khawatir kalau saya tidak akan menemukan seseorang yang bisa dijadikan kawan apalagi sahabat.

Kekhawatiran saya berakhir ketika kami mulai dibentuk kedalam beberapa tim. Program kerja kami adalah membangun 486 unit rumah tinggal. Untuk itu kami dibagi kedalam beberapa tim yang setiap timnya menangani sekitar 80 unit rumah. Nah, rekan yang menjadi satu tim dengan saya mula-mula adalah si Anwar (Apa kabar Bro?). Satu buah Tim beranggotakan 3 orang, namun karena tenaga kerja masih belum lengkap maka tim kami hanya terdiri dari 2 orang, yaitu saya dan Anwar. Mengantisipasi kekurangan ini, maka kedalam tim kami diperbantukan 1 orang yang diambil dari tim Arsitek yang bernama Dinar. Hanya ada 5 orang wanita yang bekerja dalam proyek ini dan salah satunya adalah si Dinar ini (Apa kabar Dinar?). Setelah beberapa bulan kemudian datanglah anggota baru kedalam tim kami yang bernama Zulia Pendi (awalnya kami berpikir dia wanita), dan Dinarpun ditarik kembali oleh tim Arsitek. Tim inilah yang menjadi titik awal tumbuhnya jalinan persahabatan.

Bro Anwar yang ganteng dan baik hati
Bekerja dengan Bro Anwar ternyata sangat menyenangkan. Orangnya baik hati, ganteng (disukai oleh wanita) dan gampang bersosialisasi dengan warga. Kemampuan bersosialisasinya benar-benar bikin kagum. Dalam beberapa bulan di Nias si Bro Anwar sudah mampu berkomunikasi dalam bahasa lokal (walaupun pas-pasan). Dengan kemampuannya inilah kami menjadi lebih mudah dalam bekerja. Kegantengannya (katanya sih mirip Nicholas Saputra) membuat bro Anwar menjadi pembicaran dikalangan gadis-gadis. Tentunya kondisi ini berdampak juga kepada saya yang juga satu tim dengannya (kecipratan dekat dengan gadis-gadis..he…he…he). Dia orang yang sangat pengertian dan mampu menjaga keutuhan tim. Terus terang, dulunya saya memiliki watak yang keras dan memang sulit untuk bisa bergaul dengan orang lain. Kelemahan ini ternyata berhasil diantisipasi Bro Anwar sehingga kami menjadi tim yang solid (Thanks ya bro).

Dinar yang ceria dan optimis
Dinar merupakan orang pertama tempat saya berani bercerita tentang keluh kesah selama bekerja di proyek ini.  Kepadanyalah saya pertama kali mengeluh tentang kondisi pekerjaan. Cewek yang satu ini banyak memberi nasehat penting yang membantu saya dalam menghadapi tantangan-tantangan kerja (Thanks ya Din). Dinar sendiri seseorang yang selalu menghadapi semua persoalan dengan pandangan optimis. Sifatnya ceria dan selalu tertawa dalam kondisi apapun baik senang maupun susah. Cara dia tertawa sangat khas dan nggak bisa terlupakan. Kawan-kawan yang pernah bekerja dengannya pasti mengerti apa yang saya maksud dengan cara dia tertawa (He…he…he… Sorry ya Din, nggak bermaksud menyinggung kok). Sangat beruntung bisa mengenal si Dinar ini.

Ajo yang cerdas dan berwibawa
Kemudian Zulia Pendi atau lebih sering kami panggil dengan sebutan "Ajo" (Panggilan abang dikalangan suku Padang Pariaman) adalah orang yang bergabung dengan tim beberapa bulan kemudian. Posisi Dinar yang sebelumnya diperbantukan kedalam tim kami kemudian diambil alih oleh si Ajo. Orangnya cerdas, berwibawa dan berjiwa kesatria. Sebuah pribadi sempurna untuk figur Pria Idaman Wanita (he…he…he). Pemikirannya yang bijaksana membawa tim menjadi lebih terkontrol (Thanks ya bro). O iya, salah satu kelebihannya lagi adalah si Ajo ini pintar kali memasak. Dia jagonya buat masakan panggang ikan. Kebetulan lokasi proyek kami dekat dengan pantai sehingga ikan segar dari nelayan yang pulang dari melaut bisa dengan mudah kami dapatkan. Dalam sebulan sekali kami selalu mengadakan acara panggang ikan. Sebuah acara yang juga tidak terlupakan yang selalu dimotori oleh tim kami karena tim yang lain nggak mampu buat acara seperti ini (He..he..he jadi agak sombong).

Kael yang multi talenta
Mikael Marbun atau sering kami sebut dengan sebutan pendek "Kael" bekerja di tim Arsitek. Si Kael ini merupakan atasan si Dinar dan juga dari awal nampaknya sudah naksir sama si Dinar. Usahanya memang ngggak sia-sia karena sekarang dia telah berhasil menjadikan Dinar menjadi pasangan hidupnya (Selamat ya, untuk Dinar dan Kael). Mereka kini telah menikah dan memiliki 2 orang buah hati. Kael orang yang memiliki watak tegas, pekerja keras, punya banyak ketrampilan dan efektif dalam bekerja. Karena dia memang dari awal naksir sama si Dinar, maka diapun sering bergabung bersama dengan tim kami. Meskipun demikian, dia tetap kok menjaga profesionalitas dalam bekerja (Thanks ya laek).

Kami berlima kemudian saling mengenal satu sama lain dan saling mengantisipasi setiap kelemahan. Kombinasi yang sempurna untuk membangun persahabatan yang ideal. Disaat-saat senggang kami sering memanfaatkan waktu untuk sama-sama melakukan petualangan-petualangan kecil. Kami pernah menyusuri goa yang kata warga ada "penghuninya". Kami juga pernah melakukan touring sepanjang pantai pulau Nias dari Banuagea hingga ke Teluk Dalam dengan menggunakan Sepeda Motor (jarak tempuhnya kurang lebih 400 km pulang pergi). Photo tersebut diatas adalah salah satu lokasi yang menjadi tempat kami berpetualang. Kebersamaan ini membuat saya merasakan ikatan yang spesial diantara kami (kuharap kalian juga merasakan hal yang sama). Kael saat ini sudah menikah dengan Dinar. Ajo juga sudah menikah. Bro Anwar kabarnya sebentar lagi akan menikah. Tinggal saya sendiri yang masih tanda tanya (he…he…he). Semoga persahabatan ini akan tetap terjalin. Amin…..

Dibawah ini ada sebuah karikatur tentang persahabatan. Ambil nilai positifnya ya…