Senin, 21 Februari 2011

BELAJAR MENANGGAPI PERBEDAAN DARI "OPERATOR TIMBANGAN"

Beberapa minggu belakangan ini kita disuguhi oleh media (baik cetak ataupun elektronik) tentang kerusuhan-kerusuhan yang dilatarbelakangi adanya sekolompok orang yang terganggu dengan perbedaan sekelompok orang yang lain. Agama yang seharusnya menjaga komunitasnya dari kekacauan (chaos) malah terjebak dengan doktrin-doktrinnya sendiri. Sangat menyedihkan membaca tulisan disalah satu harian nasional yang mengatakan bahwa Agama terbukti "gagal" membawa damai.
Perasaan hati kacau/bingung setiap membaca/mendengar kerusuhan-kerusahan dengan latar belakang agama tersebut. Saya sangat yakin tidak ada satupun agama didunia ini yang mengijinkan melakukan kekerasan kesesamanya manusia. Negara yang diamanatkan oleh UUD 1945 untuk menjamin keselamatan, keberagaman dan kebebasan beragama juga telah gagal. Demokrasi yang mulai tumbuh berkembang dinegeri ini malah menenggelamkan toleransi terhadap keberagaman. Mengapa Demokrasi berjalan terbalik dengan kebebasan beragama? Apakah warga negara kita belum siap untuk menjadi negara demokrasi? Apakah kita harus kembali ke jaman Soeharto untuk bisa hidup damai?
Tulisan kali ini bukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas. Saya tidak mau berpolemik dengan masalah tersebut. Tulisan ini hanyalah sebuah hasil dari pembelajaran dari 2 orang "Operator Timbangan" di pabrik tempat saya bekerja. Saya belajar sesuatu yang indah tentang bagaimana bisa hidup rukun dan mampu bekerjasama walaupun memiliki latar belakang berbeda satu sama lain.
Pak Harahap dan Pak Siahaan adalah orang-orang yang saya maksudkan tersebut. Mereka berdua sama-sama bekerja sebagai Operator Timbangan di tempat saya bekerja. Fungsi utama mereka adalah menimbang bahan baku yang masuk ke pabrik. Hasil timbangan inilah yang kemudian akan menjadi bukti jumlah bahan baku yang diterima dari pemasok. Pabrik tempat saya bekerja hanya menerima bahan baku dari kebun sendiri (tidak menerima bahan baku karet dari kebun rakyat). Namun dilihat dari pekerja yang menghasilkan bahan baku karet maka ada 2 jenis hasil bahan baku yaitu; bahan baku dari Tenaga Sendiri (Karyawan Perusahaan) dan bahan baku dari Tenaga Pemborong (pihak ke-3 yang dikontrak oleh perusahaan).

Berikut adalah hasil pembelajaran yang saya terima dari Pak Siahaan dan Pak Harahap.
  1. Toleransi yang luar biasa
Pak Harahap adalah seorang Muslim sedangkan Pak Siahaan adalah seorang Kristen. Mereka berdua sama-sama taat beragama. Pak Harahap selalu menjalankan ibadah 5 waktunya dengan rajin begitu juga dengan Pak Siahaan selalu berbidah setiap minggunya ke Gereja. Sama-sama bertugas sebagai Operator Timbangan menuntut mereka untuk bisa saling mengisi dan bekerja sama. Perbedaan agama tidak lantas mengganggu kerja sama mereka karena toleransi yang luar biasa yang mereka miliki.
Dalam bekerja mereka sama-sama mengatur agar pekerjaan dapat terus berlangsung tanpa mengganggu kegiatan beribadah. Pada saat jam sholat tiba bagi Pak Harahap maka Pak Siahaan secara otomatis akan langsung mengambil alih stasiun timbangan. Stasiun timbangan tidak lantas ditinggalkan karena akan mengganggu aktivitas bahan baku yang masuk. Begitu juga jika Pak Siahaan harus beribadah pada hari minggu maka secara otomatis juga Pak Harahap akan mengambil alih stasiun timbangan. Hari minggu pabrik tetap beroperasi (tidak libur) sehingga stasiun timbanganpun harus tetap buka. Pengaturan-pengaturan ini mereka sepakati bersama atas dasar toleransi beragama yang begitu kuat didalam diri mereka. Belum pernah saya mendengar kalau mereka berselisih masalah agama. 
  1. Ketaatan beragama dan kejujuran dalam bekerja
Pemahaman agama yang kuat membuat mereka bekerja dengan jujur. Posisi Operator Timbangan pastilah banyak godaannya. Banyak pihak pemasok bahan baku (khususnya yang berasal dari Tenaga Pemborong) menawarkan iming-iming menggoda asal mereka mau membantu untuk mengatur hasil penimbangan. Tawaran-tawaran ini tidak pernah membuat mereka kehilangan kejujurannya. Mereka tidak seperti kebanyakan orang-orang munafik yang banyak saya kenal. Mereka tidak bersembunyi dibalik topeng keagaamaan namun bertindak jauh dari nilai-nilai keluhuran. Kalau saja sikap mereka ini dimiliki oleh aparatur negara kita maka saya yakin negara kita ini bisa bebas dari kejahatan dan korupsi. Sampai saat ini kredibilitas Pak Siahaan dan Pak Harahap tidak ada yang meragukan. Posisi sebagai Operator Timbangan haruslah orang yang jujur dan mereka menjadi orang paling layak untuk itu.

Hasil pembelajaran ini semoga saja berguna bagi saya nantinya dan semoga saja anda juga merasakan hal yang sama. Seandainya saja kita bisa memahami inti ajaran agama kita maka kita akan menemukan nilai-nilai yang universal sehingga tidak perlu ada lagi kelompok yang merasa harus membinasakan kelompok lain.
Semoga...

Minggu, 13 Februari 2011

Memaknai "kasih sayang" dari Seorang Pekerja Pabrik (Valentine Edition)

Tiba-tiba saja muncul keinginan untuk menulis sesuatu dengan thema "kasih sayang", karena kebetulan dibulan Pebruari ini ada hari Valentine. Jutaan orang di seluruh dunia punya tradisi memberikan hadiah kepada orang yang mereka cintai berupa permen, cokelat, bunga atau hadiah lainnya pada tanggal 14 Pebruari ini.
Sesuai judulnya, tulisan ini akan mencoba memaknai "kasih sayang" dari seorang pekerja pabrik yang tidak asing lagi bagiku. "Pak Wagimin" adalah pekerja pabrik yang saya maksud. Dia seorang pekerja yang luar biasa, seorang suami yang luar biasa dan sekaligus juga adalah orang tua yang luar biasa (ini sih menurut pemahamanku). Dia mengabdi dengan hati, tidak pernah mengharapkan pujian, dan yang membuatku salut adalah dia dikenal tidak pernah sakit hati dan dia jarang sekali mengeluh.
Pak Wagimin bertugas sebagai Operator Creeper, jenis pekerjaan yang membutuhkah tenaga dan mengandung resiko tinggi. Walaupun usianya tidak muda lagi (kurang lebih 50 tahun), tetapi dia masih bisa membuktikan kalau dia tidak kalah dengan tenaga-tenaga muda. Pekerja-pekerja yang lain sangat menghormatinya. Pak Wagimin selalu bersedia untuk dipindahkan ke stasiun lain tanpa menunjukkan keluhan sama sekali (pekerja lain pasti mengeluh).  
Pak Wagimin sangat akur dengan istrinya. Dia menikah dengan Bu Ponise (yang juga pekerja pabrik) kurang lebih 25 tahun yang lalu. Bu Ponise yang memiliki karakter periang, spontan berbicara dan selalu aktif, merupakan pilihan yang pas untuk Pak Wagimin yang pendiam, penyabar dan suka mengalah. Mereka melewati masa pacaran yang relatif singkat (cuman 3 bulan) sebelum akhirnya menikah. Bu Ponise dulunya dikenal sebagai wanita yang populer diantara pria-pria karena kecantikan dan keluwesannya dalam bergaul. Tidak ada yang menyangka kalau ternyata seorang Pak Wagimin yang pendiam mampu memenangkan hati ibu itu. Dari pernikahan tersebut mereka memiliki 3 orang anak, yakni 2 orang wanita dan 1 orang pria.
Hidup dengan gaji yang pas-pasan membuat mereka harus hati-hati dalam setiap perbelanjaan. Pengeluaran dana yang besar terjadi pada saat sekaligus 2 (dua) anak mereka kuliah. Kondisi tersebut berhasil mereka lewati dengan baik. Anak pertama telah lulus dari Universitas Sumatera Utara tahun 2005 dan anak kedua lulus dari Universitas Negeri Medan di tahun 2008. Pak Wagimin memang beruntung, selain memiliki istri yang baik dia juga memiliki anak-anak yang cerdas. Kedua anaknya lulus di Perguruan Tinggi Negeri, yang tentunya akan lebih sedikit biayanya bila dibandingkan dengan Perguruan Tinggi Swasta (tapi ini masih relatif ya..). Sekarang ini kedua anaknya tadi telah bekerja dan juga sudah menikah.
Bu Ponise yang dikenal aktif bergaul dengan siapa saja tidak membuat Pak Wagimin menjadi was-was dan cemburuan. Pak Wagimin diceritakan selalu memberikan kebebasan bagi istrinya untuk aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial (ini sih pengakuan Bu Ponise). Pada saat aku mengunjungi rumahnya, dapat kurasakan kehidupan keluarga yang sehat dan harmonis. Bu Ponise yang memilih pensiun dini (pensiun yang dipercepat) tinggal dirumah untuk mengurus pekerjaan rumah tangga. Pak Wagimin memahami keinginan istrinya dan toh mereka tidak lagi mengejar materi dihari tuanya. Mereka menginginkan hari tua tanpa ketakutan kekurangan harta. Hari tua yang sederhana, saling berbagi, saling mencintai dan bergembira bersama anak cucu mereka.
Saya yakin mereka tidak tahu kalau 14 Pebruari merupakan hari khusus untuk mengekspresikan kasih sayang, tetapi saya yakin 365 hari dalam setiap tahun, mereka gunakan untuk saling mengasihi.
Salute buat Pak Wagimin.
Kuharap aku bisa merasakan keharmonisan yang sama.
:)

Selasa, 01 Februari 2011

Proses Pengolahan Karet Crumb Rubber Bagian ke-3

Ternyata tulisan kali ini sudah menjadi tulisanku yang kelima. Pelan-pelan blog ini mulai terisi. Terima kasih buat orang-orang yang sudah membaca. Terima kasih juga untuk teman-teman yang memberi support agar saya tidak berhenti menulis di blog ini. Ternyata menjaga kesinambungan untuk terus menulis tidaklah gampang. Tanpa support dari luar mungkin saya sudah berhenti dan melupakan blog ini. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih dan God Bless You all.

Sebelum kita mulai biarkan saya membawa anda kembali ke postingan saya yang sebelumnya. Disitu saya telah menjelaskan bahwa bahan baku yang turun dari Truk selanjutnya ditimbun sementara di lantai Loading Ramp sebelum masuk ke proses pengolahan. Penimbunan dilakukan dengan membagi bahan baku kedalam kelompok menurut umurnya untuk menjamin sistem FIFO berjalan. Bahan baku yang diterima juga akan disortir dari benda-benda non karet (kontaminasi). Contoh benda-benda kontaminasi ini antara lain: tali plastik, pecahan mangkok lateks, tali rafia, scrap/getah tarik, potongan kayu, daun-daun, sobekan goni plastik, dan lain-lain. Benda-benda (kontaminasi) ini akan dikumpulkan dan dikembalikan kepengirim.

Pada postingan saya kali ini saya akan membahas proses mulai dari Bak Blending I, Prebreaker, Bak Blending II, Hammer Mill dan diakhiri Bak Blending III. Seluruh proses ini bertujuan untuk mengurangi kontaminasi dan menghomogenkan dengan cara meremahkannya, mixering (pengadukan) dan pencucian.

Gbr. Layout proses yang kita bahas dalam tulisan kali ini.
Proses transportasi material yang diolah dari satu peralatan ke peralatan berikutnya dilakukan oleh Bucket Conveyor. Proses yang berbeda mungkin akan anda jumpai dipabrik yang lain. Tetapi dalam tulisan ini saya hanya akan menjelaskan apa yang ada di pabrik tempat saya bekerja.

Bak Blending I
Bahan baku yang ditimbun dilantai Loading Ramp selanjutnya dimasukkan ke dalam Bak Blending I. Bak blending I ini merupakan proses pengolahan pertama yang bertujuan untuk mempermudah pencampuran antara Slab dan Cup Lump.

Gbr. Bak Blending I
Bak blending diisi air yang fungsinya mencuci bahan baku. Pencucian ini bertujuan untuk mengurangi kontaminasi. Air akan diganti secara berkala (biasanya seminggu sekali) untuk menjamin efektifitas pencucian bahan baku.

Prebreaker
Dengan Bucket Conveyor, bahan baku dipindahkan dari Bak Blending I ke mesin Prebreaker. Di Prebreaker bahan baku tadi akan diremahkan menjadi ukuran-ukuran yang lebih kecil. Apabila ukuran sebelumnya seukuran "bantal tidur" maka setelah lewat dari Prebreaker ukurannya akan menjadi seukuran "jempol kaki".

Gbr. Mesin Prebreaker
Sesuai dengan sebutannya yaitu Pabrik Crumb Rubber maka proses yang dominan terjadi di pabrik adalah proses peremahan. Peremahan bertujuan untuk memperluas bidang permukaan sehingga pencucian menjadi lebih efektif. Pada saat proses peremahan ini juga akan terjadi " tekanan" terhadap bahan baku yang akan memaksa kontaminasi memisahkan diri dari bahan baku.
Berikut beberapa bocoran spesifikasi mesin Prebreaker yang ada di Pabrik tempat saya bekerja (Pabrik Crumb Rubber dengan kapasitas 30 Ton Karet Kering/hari).
Kapasitas mesin Prebreaker
= 4.000 - 5.000 Kg/Jam
Daya motor
= 37 KW
Putaran motor
= 1.500 Rpm
Tenaga motor
= 50 HP

Bak Blending II
Remahan-remahan yang keluar dari Prebreaker selanjutnya masuk ke dalam Bak Blending II. Mirip dengan fungsi Bak Blending I maka Bak Blending II juga berfungsi sebagai pencampur. Seluruh remahan-remahan akan diaduk sehingga diharapkan bahan baku menjadi homogen.

Gbr. Bak Blending II
Air yang ada dalam bak blending yang menjadi media pencampur. Agar produk akhir homogen (sama karakter mutunya disetiap bagian produk), maka bahan yang sebelumnya memiliki karakter berbeda akibat adanya Cup Lump dan Slab, jenis tanaman, proses pertumbuhan, perawatan tanaman harus melewati proses-proses tertentu. Salah satu proses menghomogenkan tadi terjadi di Bak Blending.

Hammer mill
Bucket Conveyor kemudian akan memindahkan remahan di Bak Blending II ke mesin Hammer Mill. Mirip dengan fungsi Prebreaker maka Hammer Mill juga berfungsi untuk meremahkan bahan baku yang ada di Bak Blending II. Remahan yang sebelumnya berukuran sebesar "jempol kaki" akan diperkecil lagi ukurannya menjadi 0,5 - 1 cm. Ternyata untuk mempermudah proses selanjutnya ukuran remahan yang dihasilkan Prebreaker masih terlalu besar sehingga perlu diperkecil lagi dengan Hammer Mill. Hammer Mill juga memiliki tujuan yang sama dengan Prebreaker yaitu memperluas bidang permukaan bahan baku.

Gbr. Mesin Hammer Mill
Semakin luas permukaan bahan baku maka bidang kontak air dengan bahan baku juga akan semakin besar sehingga proses pecucian menjadi lebih optimal. Di Hammer Mill bahan baku diremahkan dengan mekanisme "pemukulan". Pemukulan ini juga akan memaksa kontaminasi memisahkan diri dari bahan baku.
Berikut beberapa bocoran spesifikasi mesin Hammer Mill yang ada di Pabrik tempat saya bekerja (Pabrik Crumb Rubber dengan kapasitas 30 Ton Karet Kering/hari).
Kapasitas mesin Hammer Mill
= 3.000 Kg/Jam
Daya motor
= 100 KW
Putaran motor
= 1475 Rpm
Tenaga motor
= 135 HP

Bak Blending III
Bak blending III selanjutnya menerima hasil remahan yang keluar dari mesin Hammer Mill. Fungsinya hampir sama dengan fungsi Bak Blending yang sebelumnya yaitu sebagai pencampur dan pencuci untuk mengurangi kontaminasi yang masih ada.

Gbr. Bak Blending III
Bak Blending III juga berfungsi sebagai media transportasi dari Hammer Mill ke mesin proses selanjutnya yang akan saya jelaskan kemudian di postingan saya berikutnya.

Ada komentar???